VOKASI NEWS – Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme dimana tubuh tidak mampu menghasilkan cukup insulin, sehingga kadar glukosa tinggi dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes melitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat kekurangan insulin.
Kasus DM
International Diabetes Federation (2021) telah mengidentifikai bahwa terdapat 10 negara dengan jumlah penderita DM tertinggi. Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga teratas dengan jumlah penderita masing – masing 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta. Indonesia berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi sațu-satunya negara di Asia Tenggara pada daftar tersebut (Kemenetrian Kesehatan RI, 2020). Data terbaru IDF pada tahun 2021 menyebut sekitar 19,46 juta orang di Indonesia mengidap DM. Angka itu meningkat 81,8% dibandingkan 2019. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2021), penderita diabetes melitus di Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke lima di Indonesia dengan jumlah prevalensi 2,6% dari penduduk usia > 15 tahun.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Berdasarkan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2015, klasifikasi diabetes melitus dibagi menjadi empat macam yakni :
- Diabetes melitus tipe-1
Diabetes melitus tipe-1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas yang umumnya berhubungan dengan defisiensi insulin absolut. Penyebab kerusakan sel beta pada pankreas adalah autoimun dan idiopatik.
- Diabetes melitus tipe-2
Penyebab diabetes melitus tipe-2 sangat bervariatif. DM tipe-2 dominan terjadi akibat resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relatif hingga yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
- Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus mestasional merupakan diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga pada kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes.
- Diabetes melitus tipe spesifik
Diabetes melitus tipe ini disebabkan oleh obat atau zat kimia seperti penggunaan glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ, sindroma diabetes monogenik, serta penyakit eksokrin pankreatitis dan fibrosis kistik.
Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit DM yaitu :
- Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS)
- Tes Glukosa Darah Puasa (GDP)
- Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
- Tes Glukosa 2 Jam Post Prandial (2JPP)
- Pemeriksaan HbA1c
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2024 di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dengan metode analitik observasional dengan rancangan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes melitus dengan jumlah 113 sampel.
Hasil
Hasil menunjukkan pada uji korelasi spearman didapatkan nilai signifikansi 0,001 yang berarti nilai tersebut di bawah p – value < 0,05. Nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan nilai positif yaitu 0,670 sehingga menunjukkan hubungan yang searah dan dapat dinyatakan bahwa kenaikan kadar glukosa darah sewaktu dan HbA1c bermakna. Nilai (r) tersebut terletak di antara 0,600 – 0,799 sehingga termasuk kedalam kategori korelasi kuat. Salah satu parameter pengukuran kadar glukosa darah adalah HbA1c. Besarnya kadar HbA1c dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah karena dapat merepresentasikan kadar glukosa seseorang selama 2-3 bulan terakhir.
Jika kadar glukosa darah mengalami peningkatan, maka kadar HbA1c akan meningkat. Hemoglobin A1c dapat mengukur kadar glukosa selama 3 – 4 bulan atau usianya sama dengan eritrosit yaitu 120 hari. Tingkat HbA1c yang buruk, mencerminkan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi diabetik berupa diet, latihan jasmani seperti olahaga 30 menit, dan mengkonsumsi obat-obatan secara teratur dapat mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, dan terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Efektif atau tidaknya terapi diabetik bergantung pada hasil pemeriksaan kadar HbA1c
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Adanya pola korelasi yang kuat antara kadar glukosa darah sewaktu dengan HbA1c pada pasien DM melitus di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.***
Penulis: Jhessica Anastasya Thessaleonians
Editor: Galuh Candrawati