Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Tensi Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

VOKASI – Kadar glukosa darah sewaktu dan tensi pada lansia penderita diabetes melitus tipe 2, sebuah penelitian Mahasiswa Vokasi UNAIR.

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gejala penyakit kronis yang diakibatkan oleh kenaikan kadar glukosa darah pada tubuh yang berlebih atau tidak pada batas normal. Kondisi ini dipengaruhi oleh penurunan kinerja insulin akibat sekresi insulin yang progresif, sehingga dapat mengakibatkan resistensi insulin. Hormon insulin diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan kadar glukosa dalam darah. Kenaikan kadar glukosa yang berlebih akan mengakibatkan hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan dan/atau memberikan efek penurunan berat badan.

BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Hubungan antara DM tipe 2 dengan hipertensi sangat kompleks karena hipertensi dapat menyebabkan sel tidak sensitif terhadap insulin (resistensi insulin). Insulin dapat meningkatkan kadar glukosa di banyak sel dan juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga apabila terjadi resistensi insulin oleh sel, maka kadar glukosa darah juga mengalami gangguan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2, hiperglikemia sering dikaitkan dengan hiperinsulinemia, dislipidemia dan hipertensi yang menyebabkan penyakit kardiovaskular dan stroke. Diabetes melitus tipe 2 akan semakin meningkat pada usia dewasa akibat proses penurunan fungsi organ. Diabetes melitus muncul saat usia ≥45 tahun serta dapat diturunkan pada generasi berikutnya dengan risiko yang lebih besar.

Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah merupakan suatu kondisi tekanan pada dinding arteri. Adapun tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Gejala hipertensi biasanya tidak terlihat dan tidak terasa, sehingga kebanyakan seseorang tidak menyadari bahwa tekanan darahnya tinggi. Hipertensi pada lansia dapat terjadi akibat penurunan kinerja jantung dalam memompa darah, penebalan katup jantung akibat adanya kaku katup, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer pada lansia yang menderita hipertensi akibat kemunduran fungsi kerja tubuh. Bertambahnya usia membuat elastisitas kulit dan penurunan peredaran darah menjadi pemicu hipertensi dengan gejala diantaranya konsumsi garam berlebih, aktivitas fisik, dan usia sehingga menyebabkan gangguan pada sendi dan peredaran darah yang tidak normal.

***

Penulis : Noor Afiyah Rahmawaty

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR