VOKASI – Menakar permasalahan stunting di Indonesia, sebuah penelitian Mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
Salah satu permasalahan gizi yang menjadi fokus Pemerintah Indonesia adalah Stunting pada balita. Stunting masih menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu sebesar 19% di tahun 2024. Stunting menempati angka tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.
Stunting didefinisikan sebagai kondisi status gizi balita yang memiliki panjang atau tinggi badan yang tergolong kurang jika dibandingkan dengan umur. Pengukuran dilakukan menggunakan standar petumbuhan anak dari WHO. Caranya ialah dengan interpretasi stunting jika lebih dari minus dua standar deviasi median.
BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Balita stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Umumnya berbagai penyebab ini berlangsung dalam jangka waktu lama. Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi kehidupan anak sampai tumbuh besar, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik.
Dampak Buruk Stunting
Dampak stunting dalam jangka pendek dapat berupa penurunan kemampuan belajar karena kurangnya perkembangan kognitif. Sementara itu dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup anak saat dewasa karena menurunnya kesempatan mendapat pendidikan, peluang kerja, dan pendapatan yang lebih baik. Selain itu, terdapat pula risiko cenderung menjadi obesitas di kemudian hari, sehingga meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, kanker, dan lain-lain.
Pencegahan Stunting
Adapun cara pencegahan stunting pada balita yaitu pada saat masih di dalam kandungandengan cara penuhi nutrisi pada saat hamil , menjaga kebersihan , memakan sayur dan buah- buahan , dan kosultasi dengan tim kesehatan. Pada saat anak sudah lahir, ibu perlu memberi kebutuhan bayi dengan optimal selama 1000 hari pertama atau sampai usia 2 tahun. Ibu juga perlu memberikan asi ekslusif pada 6 bulan pertama. Adapun jika asi tidak mencukupi bisa di tambah dengan susu formula , susu formula juga baik untuk mencegah gizi buruk. Dalam memberikan susu perlu sesuai dengan kebutuhan anak. Susu yang di rekomendasikan adalah yang mengandung 50% protein, omega 3 , 6 , & DHA , probiotik , lemak nabati dan juga bebas laktosa. Setelah 6 bulan pemberian asi, bayi bisa diberikan makanan pendamping asi (MPASI) seperti bubur halus dan buah yang sudah dihaluskan.
***
Penulis : Mulyawati Adindasari
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR