VOKASI NEWS – Cross-talk merupakan istilah dari salah satu artefak pada pencitraan MRI. Artefak sendiri merupakan gangguan atau distorsi pada citra yang bukan merupakan bagian asli dari struktur tubuh yang dilakukan pencitraan. Artefak ini sering muncul pada pemeriksaan MRI lumbal berupa garis hitam. Garis hitam ini dapat dilihat dengan jelas dan cukup mengganggu, khususnya bagi dokter spesialis radiologi yang melakukan pembacaan citra MRI.
Bagaimana Artefak Cross-Talk Terbentuk?
Artefak cross-talk terbentuk akibat irisan yang saling tumpang tindih sehingga sinyal yang ditujukan untuk satu irisan, terserap oleh irisan lainnya. Fenomena ini dapat terjadi akibat beberapa situasi. Pertama, pasien dengan klinis, seperti skoliosis, lordosis, dan listhesis (pergeseran tulang belakang). Kedua, pasien normal dengan bentuk kurva tulang belakang bagian bawah yang menyebabkan persilangan irisan. Kondisi yang tidak terhindarkan tersebut, dapat memicu artefak cross-talk.
BACA JUGA: PEMIRA Vokasi 2024: Momentum Demokrasi dan Regenerasi Kepemimpinan Mahasiswa
Peranan Parameter MRI dalam Menghadapi Fenomena Artefak
MRI merupakan modalitas non-invasif yang telah membuktikan peranannya dalam diagnosis berbagai macam penyakit, khususnya pada diagnosis pemeriksaan MRI lumbal. Artefak cross-talk dapat sangat mengganggu apabila keberadaannya tidak berusaha dihilangkan atau dikurangi. Kemampuan parameter MRI telah menunjukkan kekuatannya sebagai pahlawan dalam kasus ini.
Interleaved Slice merupakan teknik akuisisi citra yang sering digunakan di lapangan. Selain memiliki waktu pencitraan yang cepat, interleaved slice juga mampu bertahan terhadap gerakan pasien. Namun, interleaved slice tidak mampu menghilangkan artefak seperti yang dilakukan oleh parameter Interslice Gap dengan Akuisisi Sequential. Pada dasarnya, penggunaan parameter Interslice Gap Sequential merupakan kolaborasi antara interslice gap dan akuisisi citra yang berurutan.
Kerja sama yang baik antara interslice gap 10% dan akuisisi sequential menghasilkan citra yang lebih optimal dan menghilangkan artefak cross-talk. Meskipun waktu pencitraannya lama, kemampuan parameter interslice gap dengan akuisisi sequential dalam memberikan informasi diagnosis yang baik dapat menjadi metode baru untuk menghindari terjadinya artefak. Sebagai petugas radiologi, mempelajari parameter ini berarti memberikan kontribusi untuk meningkatkan hasil citra sehingga membantu dan memudahkan dokter spesialis radiologi dalam melakukan ekspertisi hasil citra MRI, khususnya MRI lumbal.
***
Penulis: Rachmalia Azzahra
Editor: Puspa Anggun Pertiwi