VOKASI – Pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap usia menopause, sebuah penelitian Mahasiswa Vokasi UNAIR.
Menopause merupakan suatu fase alami dalam kehidupan seorang wanita yang umumnya terjadi pada usia 45-55 tahun. Proses ini ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi selama 12 bulan atau 1 tahun berturut-turut dikarenakan ovarium mulai berhenti memproduksi sel telur dan hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron (Purwoastuti, 2015). Menopause dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu pemakaian kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi hormonal banyak digunakan oleh wanita karena cara kerjanya yang efektif, mudah ditemukan, dan praktis. Namun, kontrasepsi hormonal ternyata dapat mempengaruhi menopause. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2023) menyatakan bahwa wanita yang pernah memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal akan lebih tua atau lambat mengalami menopause karena kontrasepsi hormonal menekan ovulasi dan menyebabkan ovum kehilangan seluruh cadangan folikel. Akan tetapi, masih banyak wanita yang tidak mengetahui bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi menopause.
Faktor yang Memengaruhi Menopause
Ketika wanita memasuki usia menopause pembentukan hormon estrogen dan progesterone berkurang yang menyebabkan ovarium berhenti melepas sel telur yang berakibat menstruasi menjadi berkurang atau berhenti. Menopause dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu penggunaan kontrasepsi hormonal (La Rangki et al, 2020). Pada kontrasepsi hormonal terdapat hormon yang cara kerjanya menekan fungsi ovarium sehingga sel telur tidak dapat diproduksi. Selain itu kandungan hormon pada kontrasepsi akan berdampak pada perubahan hormonal di ovarium.
Apabila tubuh terus menerus diberi hormon yang terdapat dalam kontrasepsi hormonal maka akan merangsang hipofisis untuk tidak memproduksi kedua hormon tersebut. Akibatnya ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron sehingga sel telur habis dan menstruasi menjadi lebih panjang. Hal ini mempengaruhi seseorang dalam memasuki masa menopause (Maringga, 2017). Tanda dan gejala yang biasanya muncul pada wanita yang mulai memasuki menopause diantaranya adalah menstruasi tidak teratur. Selain itu munecul rasa panas yang tiba-tiba dan mengeluarkan keringat berlebihan. Sehingga, wanita menjadi sulit tidur, badan terasa pegal di area pinggang dan punggung, serta nyeri saat berhubungan seksual (Damayanti, 2021).
BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Menopause bukan suatu penyakit, tetapi dapat berdampak pada hidup wanita seperti suatu gangguan. Perubahan yang terjadi karena menopause akan berdampak baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Perubahan fisik pada wanita menopause berkaitan erat dengan perubahan psikologis yang dikenal dengan kecemasan. (Desmita, 2017). Dampak yang ditimbulkan dari menopause yaitu nyeri pada area sendi, otot, tulang, perubahan suasana hati. Hal itu menyebabkan wanita menjadi mudah cemas, mudah marah, dan mudah mengalami depresi (Yanti et al, 2022).
Edukasi untuk Wanita Menopause
Upaya yang dapat dilakukan pada wanita yang mengalami menopause yaitu dengan memberikan edukasi. Pada wanita yang memiliki keluhan hot flush dan vagina kering upaya yang dilakukan dengan memberikan edukasi untuk mengonsumsi makanan tinggi fitoestrogen sebagai pengganti hormon estrogen. Kandungan fitoestrogen ini terdapat dalam kacang kedelai, kentang, biji bunga matahari, dan kecambah (Mayasari, 2023). Fitoestrogen dipercaya dapat meningkatkan ketebalan endometrium, meningkatkan elastisitas, menurunkan Ph vagina, dan mengatasi hot flush sehingga dapat mengurangi gejala menopause (Ariyanti & Apriliana, 2016). Pada wanita yang memiliki keluhan ketidaknyamanan sendi dan otot upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan rutin melakukan aktivitas fisik seperti latihan kekuatan otot, tulang, dan sendi. Latihan ini bermanfaat untuk menguatkan otot dan tulang sebagai upaya mencegah osteoporosis yang menjadi dampak jangka panjang dari menopause (Dame & Tengku, 2020).
***
Penulis : Reni Widiyastuti
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR