Pentingnya Pemeriksaan Gula Darah dalam Pencegahan Diabetes

Pentingnya Pemeriksaan Gula Darah dalam Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus di RS UNAIR - sasongko

Memahami Diabetes Tipe 2 dan Pentingnya Pemeriksaan Dini

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh gangguan penggunaan atau produksi insulin dalam tubuh. Kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat secara tidak normal dan berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, jumlah penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 537 juta orang. Indonesia sendiri menempati peringkat kelima sebagai negara dengan jumlah penderita terbanyak, yakni sekitar 19,5 juta orang. Angka ini diperkirakan akan melonjak menjadi 28,6 juta pada tahun 2045 jika tidak dilakukan upaya pencegahan yang signifikan.

Sebagian besar individu dengan diabetes tidak rutin memeriksakan kadar gula darahnya. Selain itu, kesadaran akan pentingnya pola makan sehat dan aktivitas fisik yang konsisten masih rendah. Ketidaktahuan ini dapat berujung pada berbagai komplikasi seperti kerusakan saraf, gangguan penglihatan, gagal ginjal, hingga penyakit kardiovaskular. Padahal, banyak dari komplikasi tersebut dapat dicegah melalui deteksi dini dan pemantauan berkala. Salah satu cara paling efektif adalah dengan melakukan skrining glukosa darah secara rutin.

Jenis Pemeriksaan Glukosa dan Perannya dalam Diagnosis

Beragam metode pemeriksaan kadar gula darah telah tersedia di fasilitas kesehatan, termasuk di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Terdapat lima jenis utama yang umum digunakan: Gula Darah Puasa (GDP), Gula Darah Sewaktu (GDS), Glukosa 2 Jam Post Prandial (2JPP), Hemoglobin A1c (HbA1c), dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Masing-masing metode memiliki prosedur dan fungsi yang spesifik.

Pemeriksaan GDS dan HbA1c dapat dilakukan tanpa perlu puasa. Sementara itu, GDP dan 2JPP mengharuskan pasien berpuasa minimal delapan jam sebelumnya. Pemeriksaan 2JPP juga mengharuskan pasien makan terlebih dahulu, lalu menjalani puasa kembali selama dua jam sebelum pengambilan sampel kedua. Sedangkan TTGO, yang lebih umum dilakukan pada ibu hamil, melibatkan konsumsi larutan glukosa dalam jumlah tertentu sesuai anjuran dokter.

Dari kelima jenis pemeriksaan tersebut, HbA1c dianggap sebagai standar emas (gold standard) dalam diagnosis diabetes. Pemeriksaan ini mampu menggambarkan kadar gula darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan terakhir, mencerminkan kontrol jangka panjang terhadap kondisi pasien. Organisasi kesehatan dunia seperti ADA dan WHO menetapkan ambang batas HbA1c ≥6,5% sebagai indikator positif diabetes. Selain untuk diagnosis, HbA1c juga berguna dalam menilai risiko komplikasi jangka panjang seperti penyakit jantung dan stroke.

Menumbuhkan Kesadaran akan Pentingnya Deteksi Dini

Penyakit diabetes sering kali disebut sebagai silent killer karena berkembang tanpa gejala yang mencolok pada tahap awal. Banyak kasus baru terdeteksi ketika komplikasi sudah muncul. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama mereka yang memiliki faktor risiko seperti obesitas, usia di atas 40 tahun, atau riwayat keluarga dengan diabetes, untuk melakukan pemeriksaan rutin. Idealnya, tes gula darah dilakukan setidaknya satu kali dalam setahun, dan lebih sering jika terdapat faktor risiko tambahan.

Kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat juga perlu terus ditingkatkan. Konsumsi makanan seimbang, berolahraga secara teratur, serta menjaga berat badan ideal merupakan langkah penting dalam mencegah diabetes dan memperlambat progresivitasnya. Pemeriksaan berkala di fasilitas kesehatan berperan besar dalam mendeteksi gangguan sejak dini dan mencegah dampak jangka panjang yang dapat mengganggu kualitas hidup.