Perbedaan Kadar Progesterone Sebelum dan Sesudah Pengobatan Perbedaan Kadar Progesterone

VOKASI – Perbedaan kadar progesterone sebelum dan sesudah pengobatan pada pasien program In Vitro Fertilization (IVF), sebuah penelitian mahasiswa.

Infertilitas merupakan sebuah permasalahan kesehatan yang dapat mempengaruhi pasangan pada usia produktif. Memengaruhi pasien usia produktif untuk tidak dapat memiliki keturunan. Infertilitas yang terjadi pada seseorang dikategorikan menjadi 2, yakni primer dan sekunder. Infertilitas tidak hanya ditemui pada wanita. Akan tetapi, dapat ditemui pula pada pria dengan beberapa faktor. Adapun faktor yang dapat menjadi penyebabnya seperti gaya hidup, usia, berat badan, serta faktor pada organ reproduksi. IVF atau yang lebih umum dikenal dengan istilah program bayi tabung merupakan teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi yang dapat digunakan untuk membantu pasangan suami istri dengan permasalahan fertilitas. Permasalahan fertilitas untuk tetap bisa memiliki keturunan.

Sekilas tentang In Vitro Fertilization

IVF atau program bayi tabung bermula dari percobaan awal di Amerika Serikat yang pertama kali dilakukan oleh Edwards, Steptoe, dan Purdy pada tahun 1969-1978. Program bayi tabung pertama yang berhasil dilakukan oleh manusia terjadi pada tahun 1970 di kota Manchester, Inggris. Di Indonesia, pada tahun 1988 terlahir seorang bayi laki-laki di RSAB Harapan Kita Jakarta yang merupakan kelahiran bayi tabung pertama di Indonesia yang berhasil dilakukan.

Pada prosesnya, dalam keberhasilan program bayi tabung dapat dipengaruhi oleh jumlah atau kadar hormon kehamilan yang diproduksi oleh wanita. Salah satu hormon tersebut yaitu hormon progesterone. Hormon itu berfungsi untuk membantu implantasi ovum. Selain itu, hormon tersebut dapat membantu terjadinya perubahan ukuran uterus untuk menampung janin. Progesterone memiliki peranan penting pada kelenjar susu wanita untuk persiapan menyusui.

Kadar hormon progesterone yang tidak sesuai dengan kadar atau jumlah yang seharusnya pada program bayi tabung dapat menyebabkan program bayi tabung memberikan hasil yang tidak optimal. Kekurangan dari kadar hormon progesterone pada pasien dapat diatasi dengan pemberian injeksi obat seperti injeksi obat pergoveris dan gonal f. Sebelum pasien dilakukan pemberian injeksi pengobatan, kadar hormon progesterone pasien akan diperiksa menggunakan alat laboratorium Vidas PC. Pemeriksaan itu dilakukan untuk menentukan apakah pasien mendapatkan injeksi pengobatan atau tidak. Selanjutnya setelah diberikan injeksi pengobatan, kadar hormon progesterone pasien akan kembali diperiksa. Diperiksa untuk mengetahui apakah pasien dapat melanjutkan tahapan program bayi tabung selanjutnya yaitu OPU (Ovum Pick Up) dengan kadar hormon progesterone <1,4 ng/mL.

Proses Pengujian Data (Perbedaan Kadar Hormon Sebelum dan Sesudah Injeksi Pengobatan)

Proses uji beda dan uji multivariate dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari – Mei 2024 di Klinik ASHA IVF, Rumah Sakit Primasatya Husada Citra Surabaya. Pengujian data dilakukan menggunakan desain observasional analitik dengan metode pengumpulan data retrospektif. Data yang digunakan merupakan data pasien yang melakukan pemeriksaan kadar hormon progesterone sebelum dan sesudah mendapatkan injeksi pengobatan pada fase folikuler. Data yang didapatkan kemudian dikemlompokkaan menjadi kelompok usia <35 tahun, kelompok usia >35 tahun, kelompok BMI normal, kelompok BMI abnormal, kelompok injeksi pergoveris, serta kelompok injeksi gonal f dan pergoveris.

BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Pada proses pengujian, data yang diterima selanjutnya diolah menggunakan software SPSS. Digunakannya SPSS ialah untuk uji normalitas, uji beda (paired sample t test), dan uji multivariat (MANOVA). Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar hormon progesterone pasien saat sebelum dan setelah dilakukannya injeksi pengobatan. Selain itu, untuk mengetahui kelompok parameter yang mempengaruhi terjadinya perbedaan kadar tersebut.

Hasil Pemeriksaan

Setelah dilakukan uji beda dan uji multivariat pada data, didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara hasil pemeriksaan kadar progesteron serum pasien pada fase folikuler sebelum dan sesudah pemberian injeksi pengobatan kepada pasien yang ditunjukkan dengan nilai signifikan 2-tailed pada uji paired t-test sebesar 0,000 yang mana <0,05. Selanjutnya dilakukan uji multivariat untuk mengetahui kelompok parameter yang mempengaruhi terjadinya perbedaan tersebut, ditemukan bahwa kelompok usia <35 tahun dengan nilai signifikan <0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar hormon progesteron pada kondisi sebelum dan setelah dilakukannya injeksi. Sedangkan pada parameter kelompok usia >35 tahun, kelompok BMI, dan kelompok jenis injeksi yang diberikan kepada pasien saat sebelum dan sesudah pengobatan menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna terhadap kadar hormon progesteron pasien sebelum dan sesudah diberikannya injeksi

***

Penulis : Rifa Kamila DwiQonita

Pembimbing : Ferdy Royland Marpaung, dr., Sp.PK(K)

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR