VOKASI UNAIR

Potensi Kampung Semanggi Surabaya, Wisata dengan Kearifan Lokal di Tengah Hiruk Pikuk Perkotaan

Wisata Kampung Semanggi Surabaya/dokumen istimewa

VOKASI – Potensi Kampung Semanggi Surabaya menyimpan kearifan lokal di tengah hiruk-pikuk perkotaan.

Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, terkenal dengan kemegahan kota dan geliat metropolitannya. Kampung Semanggi adalah permata budaya yang jarang tersentuh oleh hiruk pikuk modernitas. Tersembunyi di balik gedung pencakar langit dan jalanan yang padat. Kampung ini bukan tempat tinggal biasa, melainkan sebuah kampung yang memiliki potensi menarik akan kearifan lokal dan sejarah panjang yang menawan.

Kampung Semanggi ini memiliki luas wilayah ± 400 m2  jumlah penduduk 4.959 Jiwa/RW dan 1.606 KK/RW. Diresmikan pada Jumat, 3 September 2021 kampung ini diresmikan sebagai Kampung Berseri Astra (KBA). Adapun Kampung Semanggi Suroboyo dipilih sebagai KBA karena pada tiga tahun terakhir ini Astra memfokuskan diri pada program Indonesia Kreatif.

Sejarah Kampung Semanggi

Kampung Semanggi, yang telah berdiri selama lebih dari seratus tahun, menjadi saksi perkembangan Surabaya dari waktu ke waktu. Nama kampung ini adalah “Semanggi”. Namanya berasal dari tanaman semanggi yang telah tumbuh subur di tempat ini sejak lama, menunjukkan kekuatan dan ketahanan penduduknya. Historianya dimulai dengan lima penjual pecel semanggi gendong dari Kampung Semanggi pada tahun 60-an. Untuk mencari semanggi di hutan dan sawah di sekitar rumahnya, mereka pergi jauh ke Lamongan, Mojokerto, dan Pasuruan.

Kemudian, pada saat Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno masih berada di Surabaya, dia pernah membawa semanggi dari Petemon dengan delman menuju balai kota untuk dikenalkan kepada rekannya. Setelah itu, Soekarno mencoba membawa semanggi ke Jakarta, menciptakan jalan semanggi yang sekarang dikenal sebagai simpang susun semanggi. Jalan ini terletak di persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan Gatot Subroto di Jakarta Selatan.

Makanan Pecel Semanggi

Berdasarkan namanya, Semanggi adalah salah satu makanan khas Surabaya yang sudah lama dikenal. Lagu keroncong yang diciptakan oleh S. Padimin, Semanggi Suroboyo, muncul bahkan pada tahun 1950-an. Semangga Suroboyo adalah kearifan lokal yang diakui sebagai ikon makanan khas Surabaya. Ini adalah potensi yang menarik karena akan membantu meningkatkan pendapatan penjual pecel semanggi, yang merupakan mayoritas penduduk Kampung Semanggi, dan juga mempertahankan makanan khas dan ikonik Surabaya. Dengan membudidayakan semanggi, warga kampung semanggi mendapatkan pemasukan ekonomi untuk kebutuhan sehari-hari. Daun semanggi juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan salah satunya adalah untuk melancarkan pencernaan dan mencegah diare.

Program Edukasi Budidaya Semanggi

Kampung Semanggi menawarkan berbagai program edukasi yang cocok untuk semua kalangan. Hal ini terlihat dari beberapa pengunjung yang datang adalah mayoritas mahasiswa dan peneliti dari beberapa  kampus. Jika Kampung ini dikembangkan menjadi kampung wisata,  Wisatawan bisa mengikuti budidaya tanaman Semanggi. Program ini bisa dirancang untuk memberikan pengalaman yang mendalam tentang budaya dan tradisi Kampung Semanggi, sehingga setiap pengunjung bisa merasakan dan memahami kehidupan masyarakat lokal dengan lebih dekat.

Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah

Pemerintah kota Surabaya dan masyarakat setempat secara aktif berkolaborasi untuk mengembangkan kampung ini sebagai destinasi wisata yang lebih ramah dan menarik. Berbagai inisiatif telah dilakukan, seperti peningkatan infrastruktur, promosi wisata yang lebih luas, dan pelatihan bagi warga untuk meningkatkan kualitas layanan wisata.

BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Kampung Semanggi Surabaya adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal bisa menjadi daya tarik yang luar biasa di tengah modernitas. Dengan pesona budaya yang khas dan keramahan penduduknya, kampung ini tidak hanya menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kota-kota lain dalam mengembangkan wisata berbasis budaya.

***

Penulis                         : Nada Aulia Yonifasah

Pembimbing                : Novianto Edi Suharno dan Nuruddin

Editor                          : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!