Retensio Plasenta Turunkan Kadar Protein Susu

Analisis Pengaruh Retensio Fetal Membrane (RFM) Terhadap Kadar Protein Susu pada Sapi Perah - ragil kuning

Dampak Gangguan Pasca-Partus pada Kualitas Susu

Sapi perah memiliki peran strategis dalam penyediaan gizi masyarakat melalui hasil produksinya, terutama susu. Produksi ini terjadi setelah sapi mengalami proses kelahiran atau partus. Namun, pada masa tersebut, beberapa sapi mengalami gangguan kesehatan yang berdampak pada kualitas produksi. Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah Retensio Fetal Membrane (RFM) atau retensio plasenta. Kondisi ini ditandai dengan tidak lepasnya plasenta dari rahim dalam kurun waktu lebih dari delapan jam setelah melahirkan.

Penelitian yang dilakukan di salah satu peternakan kemitraan (kemitraan X) mengamati 52 ekor sapi perah yang mengalami RFM. Sampel susu dari sapi-sapi tersebut dikumpulkan dan dianalisis menggunakan alat Milk Analyzer MCCW V1. Analisis dilakukan untuk mengukur kadar protein dalam susu yang dihasilkan pasca-partus.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar protein dalam susu menurun pada sapi-sapi yang mengalami RFM. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS untuk melihat pengaruh dari tiga faktor utama, yaitu nafsu makan, tingkat aktivitas, dan usia sapi. Dari ketiga variabel tersebut, nafsu makan terbukti memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kadar protein. Nilai signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) menunjukkan hubungan yang kuat antara menurunnya nafsu makan dan rendahnya kandungan protein dalam susu.

Peran Nutrisi dalam Menjaga Kualitas Produksi

Penurunan nafsu makan pada sapi perah yang mengalami RFM dapat menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi. Ketika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik, tubuh sapi tidak mampu memproduksi susu dengan komposisi gizi yang optimal. Hal ini berdampak langsung pada turunnya kadar protein yang merupakan salah satu indikator kualitas susu.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran penting mengenai hubungan antara kondisi kesehatan pasca-partus dan mutu produksi susu. Temuan tersebut diharapkan menjadi acuan bagi pelaku peternakan untuk lebih memperhatikan aspek pakan dan manajemen kesehatan reproduksi, khususnya menjelang dan sesudah kelahiran. Penanganan preventif terhadap gangguan seperti RFM dapat menjadi langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan produksi susu dengan kualitas yang baik.

Dengan pendekatan yang tepat, produktivitas sapi perah tetap dapat dipertahankan, sekaligus memastikan bahwa hasil produksi memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Penulis : Ragil Kuning