Kemajuan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara anak-anak berinteraksi dan belajar. Salah satu dampak yang menonjol adalah meningkatnya screen time atau durasi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar perangkat seperti ponsel pintar, tablet, komputer, dan televisi. Ketika tidak dikelola dengan baik, screen time dapat menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait dampaknya terhadap perkembangan kognitif anak.
Masalah muncul ketika anak-anak mengakses media digital tanpa pengawasan atau batasan yang jelas. Situasi ini mendorong perlunya perhatian lebih dari orang tua dan pendidik untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan kebutuhan tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Layar
Media digital yang digunakan secara bijak dan terarah dapat memberikan manfaat bagi anak-anak. Konten edukatif dan interaktif, misalnya, mampu mendorong kreativitas, memperluas pengetahuan, serta mengembangkan keterampilan berbahasa. Menurut Mauluddia dan Yulindrasari (2024), penggunaan media digital yang terkontrol dapat menstimulasi daya ingat, perhatian, dan kreativitas anak. Pendekatan game-based learning juga terbukti mendukung kemampuan berpikir kritis dan logis sejak usia dini (Alotaibi, 2024).
Namun, penggunaan layar secara berlebihan dan tanpa pengawasan justru dapat menghambat perkembangan kognitif anak. Studi oleh Swider-Cios et al. (2023) mengungkapkan bahwa screen time berlebih, khususnya pada anak usia di bawah lima tahun, berkaitan dengan menurunnya kemampuan atensi, keterlambatan perkembangan bahasa, serta gangguan dalam mengatur emosi.
Strategi Pengelolaan Screen Time
Untuk memaksimalkan manfaat screen time, diperlukan peran aktif orang tua dan pendidik dalam pengawasan dan pendampingan. Organisasi kesehatan anak merekomendasikan batas screen time maksimal satu jam per hari untuk anak usia 2–5 tahun, dengan catatan bahwa konten yang dikonsumsi harus bersifat edukatif dan interaktif.
Pendampingan saat anak mengakses media digital sangat penting agar informasi yang diterima dapat dipahami dengan benar. Selain itu, menjaga keseimbangan antara aktivitas digital dan aktivitas fisik serta interaksi sosial merupakan hal yang tak kalah penting. Bermain di luar ruangan, berinteraksi dengan teman sebaya, dan membangun komunikasi dalam keluarga tetap menjadi fondasi utama dalam mendukung perkembangan anak secara holistik.
Penulis : Nur Hidayah Agustiningsih