VOKASI NEWS – Teknik pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) akrilik membantu mengembalikan fungsi dan estetika rongga mulut, terutama pada kasus gigi berdesakan di rahang bawah.
Kehilangan gigi pada rahang bawah bagian depan dapat memengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan penampilan wajah. Gigi berperan penting dalam menjaga keseimbangan sistem stomatognatik, sehingga kehilangan beberapa gigi dapat menimbulkan gangguan oklusi serta menurunkan rasa percaya diri seseorang. Upaya penggantian gigi yang hilang menjadi langkah penting untuk mengembalikan fungsi dan estetika rongga mulut.
Salah satu pilihan yang umum digunakan adalah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berbahan resin akrilik. Bahan ini sering dipilih karena ringan, mudah dibentuk, warnanya menyerupai jaringan gusi alami, serta dapat diperbaiki jika mengalami kerusakan. Pembuatan gigi tiruan ini membutuhkan ketelitian dan pemahaman anatomi mulut, terutama jika pasien memiliki kondisi khusus seperti gigi antagonis berdesakan.
Tantangan pada Kasus Gigi Berdesakan
Kasus gigi berdesakan sering dijumpai pada pasien dengan ukuran rahang sempit, sehingga gigi tumbuh saling bertumpuk atau tidak sejajar. Kondisi tersebut dapat mengubah pola gigitan dan menyulitkan proses penyusunan gigi tiruan. Jika penyusunan tidak disesuaikan, hasilnya dapat menimbulkan ketidakseimbangan oklusi, tekanan berlebih, bahkan rasa nyeri pada otot pengunyahan.
Oleh karena itu, teknisi gigi perlu memperhatikan posisi dan arah gigi antagonis agar gigi tiruan dapat berfungsi dengan baik. Penyesuaian posisi gigi tiruan dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi benturan saat oklusi dan tetap terlihat alami secara estetika.
Tahapan Pembuatan Gigi Tiruan
Pembuatan GTSL akrilik anterior rahang bawah dilakukan melalui beberapa tahap terstruktur. Proses dimulai dari penerimaan model kerja yang telah dicetak oleh dokter gigi, kemudian dilakukan survey dan blockout untuk menentukan area undercut dan posisi klamer. Pada kasus ini digunakan klamer Half Jackson pada gigi 34 dan 44 karena memberikan retensi yang kuat serta tidak mengganggu penampilan.
Setelah itu dilakukan pembuatan lempeng dasar dan galengan gigit untuk menentukan tinggi gigitan. Tahap berikutnya yaitu penyusunan gigi tiruan pada posisi gigi 31, 32, 41, dan 42 dengan mempertimbangkan posisi gigi lawan yang berdesakan. Setelah posisi gigi sesuai, dilakukan proses penanaman dalam kuvet, boiling out, dan packing dengan bahan akrilik yang telah dicampur antara monomer dan polimer.
Proses curing dilakukan dalam air panas untuk mengeraskan bahan akrilik. Setelah mengeras, gigi tiruan dilepaskan dari kuvet, dibersihkan, dan melalui proses finishing dan polishing hingga permukaan menjadi halus dan mengkilap. Hasil akhirnya berupa gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang nyaman, kuat, dan menyerupai gigi asli.
[BACA JUGA: Restorasi Fungsional: Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dengan Kasus Crossbite Posterior]
Gigi tiruan yang dibuat dengan prosedur tepat dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, serta memperbaiki penampilan pasien. Selain itu, hasil yang baik membantu mencegah pergeseran gigi tetangga dan menjaga keseimbangan oklusi. Ketelitian pada tahap penyusunan gigi dan pemilihan bahan menjadi kunci keberhasilan pembuatan gigi tiruan pada kasus gigi berdesakan.
***
Penulis: Yolanda Nabila Anastasya



