VOKASI – Parasit intestinal pada sampel feses siswa SD Al-Islam Morowudi Gresik, sebuah penelitian Mahasiswa Vokasi UNAIR.
Salah satu masalah kesehatan dunia yang perlu diperhatikan adalah infeksi parasit intestinal. Menurut WHO, parasit cacing menginfeksi sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun 2017 tentang penanggulangan cacingan, penyakit menular akibat infeksi parasit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi parasit dibedakan menjadi dua yaitu infeksi yang disebabkan oleh cacing dan protozoa. Infeksi parasit cacing dibedakan menjadi Soil Transmitted Helminth (STH) yang merupakan infeksi parasit yang ditularkan melalui tanah dan Non Soil Transmitted Helminth (Non STH) yang penularannya tidak melalui tanah. Parasit cacing yang ditularkan melalui tanah antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm (Ancylostoma duodenale serta Necator americanus), dan Strongyloides stercoralis. Parasit yang ditularkan tidak melalui tanah adalah Enterobius vermicularis. Protozoa yang termasuk intestinal yakni Entamoeba histolityca, Entamoeba coli, Giardia lamblia, Balantidium coli, dan Blastocystis (Ideham dan Pusarawati, 2020).
Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi parasit intestinal yaitu pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan dengan cara makroskopis yaitu mengamati warna, bentuk, jumlah, konsistensi, bau, ada atau tidaknya lendir dan darah. Sebagian besar sampel feses berwarna normal yaitu kuning kecoklatan dan hitam kecoklatan. Konsistensi seluruh sampel feses tersebut adalah normal. Jumlah sampel feses yang diperiksa sudah memenuhi syarat volume sampel feses yaitu minimal 5 gram. Terdapat sampel feses siswa yang ada sisa makanan. Seluruh sampel feses siswa tersebut tidak ada yang mengandung darah dan lendir. Tidak ada potongan cacing pada seluruh sampel feses siswa Sekolah Dasar Morowudi Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Pemeriksaan secara mikroskipis menggunakan metode flotasi. Metode flotasi merupakan metode berdasarkan berat jenis. Kelebihan dari metode flotasi adalah menghasilkan sediaan yang lebih bersih daripada metode pemeriksaan feses lainnya. Pemeriksaan sampel feses metode flotasi menggunakan larutan NaCl jenuh.
BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Prosedur pemeriksaan sampel feses dengan menggunakan metode flotasi antara lain tabung diisi sebanyak dengan aquades sebanyak 7 ml dan ½ sendok teh feses, selanjutnya diaduk dengan cara dihomogen dengan lidi dan ditambahkan NaCl jenuh hingga memenuhi volume tabung, kemudian dihomogenkan lagi dan tabung diletakkan di rak tabung dengan posisi tegak lurus serta ditambahkan NaCl jenuh secara perlahan sambil dilihat dari samping hingga cembung, tabung ditutup dengan cover glass, setelah itu didiamkan selama 20 menit, jika sudah didiamkan selama 20 menit, cover glass segera diambil dan diletakkan di object glass serta diamati di mikroskop.
Pemeriksaan Sampel Feses Siswa
Pemeriksaan sampel feses siswa Sekolah Dasar Al-Islam Morowudi Gresik yaitu sebesar 100% sampel dengan hasil negatif parasit cacing dan protozoa intestinal. Hal ini disebabkan karena responden sudah menjaga kebersihan dengan baik. Lingkungan di sekitar Sekolah Dasar Al-Islam Morowudi Gresik sudah bersih. Selain itu, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan juga menjadi salah satu cara mencegah infeksi parasit intestinal. pemberian obat cacing yang dilakukan di Sekolah Dasar Al-Islam Morowudi Gresik juga menyebabkan tidak ditemukannya infeksi parasit intestinal. Obat cacing tersebut diberikan ke siswa tiga hari sebelum dilakukan penelitian pemeriksaan sampel feses siswa Sekolah Dasar Al-Islam Morowudi Gresik. Menurut hasil survei Kemenkes pada tahun 2017 hingga 2021 menunjukkan bahwa kabupaten dan kota di Indonesia memiliki prevalensi infeksi parasit cacing di bawah 5% setelah pemberian obat cacing.
***
Penulis: Lenna Hambali
Editor: Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR