VOKASI NEWS – Evaluasi cederan kepala dan fraktur maksilofasial dengan teknik post-processing CT Scan, hasil penelitian Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR.
Cedera Kepala dan Fraktur Maksilofasial di Indonesia
Secara global, kasus cedera kepala mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor. Di Indonesia, cedera kepala menjadi salah satu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2017, cedera kepala menempati posisi kedua sebagai kasus klinis terbanyak di rumah sakit dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4,37%. Prevalensi cedera kepala tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%), diikuti oleh Jawa Timur (11,2%) (Andoko et al., 2021).
Di RSD Mangusada, Bali, 10% kasus cedera kepala di unit gawat darurat melibatkan fraktur maksilofasial. Faktor utama penyebab cedera maksilofasial adalah kecelakaan lalu lintas dan kekerasan (Raju et al., 2023).
Dalam evaluasi trauma kepala, CT-Scan kepala menjadi alat utama untuk memvisualisasikan struktur tulang kepala, jaringan lunak, serta menilai tingkat keparahan cedera (Seeram, 2016). Untuk mendiagnosis fraktur maksilofasial, diperlukan teknik rekonstruksi MPR 2D dan VRT 3D setelah pemindaian dilakukan (Latief et al., 2017).
Teknik Post-Processing CT Scan Kepala

Salah satu teknik post-processing dalam mengevaluasi fraktur maksilofasial adalah Multiplanar Reconstruction (MPR). Teknik ini digunakan untuk menampilkan gambar anatomi dalam berbagai bidang, termasuk curved-MPR yang memungkinkan evaluasi lebih mendetail terhadap struktur tulang wajah.
Selain itu, teknik Volumetric Rendering Technique (VRT) 3D sangat berguna dalam menampilkan struktur tulang dengan efek transparansi yang memungkinkan visualisasi lebih baik. Untuk mengevaluasi struktur vaskular dan kerangka, digunakan teknik Maximum Intensity Projections (MIP) dan Shaded Surface Display (SSD):
- MIP: Memilih voxel dengan densitas tertinggi dalam satu set volume untuk menampilkan struktur yang paling kontras, seperti pembuluh darah dan tulang.
- SSD: Menghasilkan gambar permukaan struktur maksilofasial dari data volume dengan memilih ambang batas densitas tertentu untuk menampilkan hanya struktur dengan kepadatan tinggi (S. Mazzioti et al., 2015).
Perbandingan Teknik Post-Processing MPR dengan 3D Volumetric Rendering Technique (VRT)
Teknik 3D Volumetric Rendering Technique (VRT) memiliki keunggulan dibandingkan Multiplanar Reconstruction (MPR) dalam visualisasi fraktur maksilofasial. VRT 3D mampu menampilkan pola garis fraktur dan fragmen tulang dengan lebih jelas. Selain itu dapat pula mensimulasikan proses visualisasi yang diperlukan dalam perencanaan operasi bedah. Oleh karena itu, VRT 3D lebih disarankan dalam diagnosis dan penanganan cedera maksilofasial dibandingkan dengan teknik MPR 2D yang terbatas pada rekonstruksi bidang datar.
[BACA JUGA: Insan Kampus Berkontribusi untuk Negeri: Dialog Inspiratif Dekan Vokasi UNAIR di Radio Suara Muslim]
Dengan perkembangan teknologi pencitraan medis, pemanfaatan teknik post-processing CT Scan yang tepat dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Selain itu dapat pula menciptakan efektivitas perawatan pasien dengan cedera kepala dan fraktur maksilofasial.
***
Penulis : Arif Setyanto; Amilia Kartika Sari; dan Pramono
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR