VOKASI UNAIR

Bukan Sekadar Angka: Ternyata Karakteristik Individu dan Level Manajemen Organisasi Mempengaruhi Pengukuran Budaya Keselamatan

ilustrasi level manajemen organisasi dan budaya keselamatan/freepik

VOKASI NEWS – Level manajemen organisasi dan karakteristik individu ternyata mempengaruhi budaya keselamatan seseorang.

Siapa di sini yang pernah mendengar istilah budaya keselamatan? Hmm, mungkin terdengar asing bagi telinga awam. Tapi jangan khawatir, berikut kami bahas peran penting karakteristik individu dan manajemen organisasi dalam mengukur budaya keselamatan.

Budaya Keselamatan: Apa itu?

Sebelum kita masuk ke dalam peran penting karakteristik individu dan manajemen organisasi, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu budaya keselamatan. Budaya keselamatan merujuk pada norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keselamatan di dalam suatu organisasi atau masyarakat.

Jadi, mengapa kita perlu membicarakan budaya keselamatan? Jawabannya sederhana, karena budaya keselamatan menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan upaya keselamatan di tempat kerja. Budaya keselamatan yang baik akan menciptakan lingkungan kerja yang aman, di mana setiap orang merasa peduli dan bertanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Karakteristik Individu: Pentingnya dalam Budaya Keselamatan

Sekarang, mari kita bahas peran penting karakteristik individu dalam budaya keselamatan. Setiap individu memiliki peran yang berbeda dalam menciptakan budaya keselamatan yang baik. Karakteristik individu seperti sikap, kepribadian, dan nilai-nilai pribadi akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap keselamatan.

Misalnya, individu dengan sikap yang positif terhadap keselamatan cenderung lebih berhati-hati dan memperhatikan tindakan pencegahan. Mereka akan mengikuti prosedur keselamatan dengan sungguh-sungguh dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.

Di sisi lain, individu dengan sikap yang kurang peduli terhadap keselamatan atau lebih suka mengambil risiko mungkin akan mengabaikan prosedur keselamatan. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami karakteristik individu pekerja mereka dan memberikan pendekatan yang sesuai dalam membangun budaya keselamatan yang kuat.

Level Manajemen Organisasi: Memainkan Peran Penting

Selain karakteristik individu, level manajemen organisasi juga memainkan peran penting dalam mengukur budaya keselamatan. Manajemen organisasi harus memberikan komitmen yang kuat terhadap keselamatan, serta memastikan kebijakan dan prosedur yang jelas terkait keselamatan di tempat kerja.

Manajemen organisasi yang baik akan memberikan contoh yang baik dan menjadi perpanjangan tangan bagi budaya keselamatan di organisasi. Mereka akan melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan terkait keselamatan, memberikan pelatihan yang memadai, dan memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan untuk keselamatan tersedia.

Namun, terkadang manajemen organisasi dapat menjadi hambatan dalam membangun budaya keselamatan yang baik. Ketika manajemen tidak memberikan dukungan yang cukup atau mengabaikan pentingnya keselamatan, pekerja akan merasa kurang termotivasi untuk peduli terhadap keselamatan.

[Pengaruh Terapi Pijat dan Aromaterapi Sereh Wangi dalam Meningkatkan Berat Badan Pada Anak 3-5 Tahun]

Mengukur Budaya Keselamatan: Berbagai Pendekatan

Bagaimana kita dapat mengukur budaya keselamatan? Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, mulai dari survei dan wawancara hingga observasi langsung di tempat kerja. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.

Survei merupakan salah satu pendekatan yang paling umum digunakan. Dalam survei, pekerja akan diminta untuk mengisi kuesioner terkait keselamatan di tempat kerja. Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan bias jawaban atau ketidakjujuran dalam pengisian kuesioner.

Wawancara merupakan pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mengukur budaya keselamatan. Dalam wawancara, pekerja akan diinterview secara langsung mengenai pandangan mereka tentang keselamatan. Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukannya.

Observasi langsung di tempat kerja adalah pendekatan yang paling objektif dalam mengukur budaya keselamatan. Dalam pendekatan ini, pengamat akan mengamati langsung perilaku pekerja terkait keselamatan. Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan pengamat yang tidak terlihat atau mengubah perilaku mereka karena adanya pengamat.

Dalam mengukur budaya keselamatan, karakteristik individu dan manajemen organisasi memiliki peran penting. Karakteristik individu seperti kesadaran akan keselamatan, kepedulian terhadap rekan kerja, dan komitmen terhadap keselamatan sangat berpengaruh dalam menciptakan budaya keselamatan yang kuat. Sementara itu, manajemen organisasi harus mampu melakukan tindakan yang tepat seperti memiliki kepemimpinan yang kuat, menjalin komunikasi yang efektif, dan memberikan pelatihan dan pengembangan kepada pekerja. Dengan adanya kombinasi karakteristik individu dan manajemen organisasi yang baik, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mengurangi risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, penting bagi setiap organisasi untuk mengukur budaya keselamatan mereka dan melakukan perbaikan yang diperlukan guna mencapai tingkat keselamatan yang optimal.

***

Penulis             : Nadhirotul Aulia Rohmah

Pembimbing     : Ratnaningtyas Wahyu Kusuma Wardani

Program Studi  : DIII Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Editor                : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!