VOKASI UNAIR

Kenali Faktor Risiko dan Jenis Bakteremia

Ilustrasi bakteremia/gambar dari penulis

VOKASI NEWS – Faktor risiko bakteremia yang perlu dan wajib diketahui.

Bakteremia merupakan kondisi medis ditemukannya bakteri di dalam aliran darah yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi bakteri di dalam darah termasuk infeksi yang sangat umum terjadi. Infeksi bakteri di dalam aliran darah dapat menimbulkan beberapa gejala seperti demam, tekanan darah menurun, laju pernapasan semakin meningkat dan tersengal-sengal. Selain menimbulkan gejala, infeksi bakteri di dalam aliran darah juga dapat menyebabkan beberapa respon klinis seperti sepsis dan syok septik. Bakteremia yang berlanjut menjadi sepsis menjadi salah satu faktor penyebab morbiditas dan mortalitas di banyak negara.

[BACA JUGA: Prospek Kerja Yang Luas Bagi Lulusan Manajemen Perkantoran Digital Di Era Society 5.0]

Penyebab Bakteremia

Bakteremia dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor infeksi dan faktor non-infeksi. Faktor infeksi merupakan faktor yang disebabkan karena adanya penyebaran infeksi didalam darah. Sedangkan, faktor non-infeksi merupakan faktor yang disebabkan karena penggunaan alat-alat medis yang tidak steril. Diagnosis bakteremia dilakukan dengan pemeriksaan kultur darah. Pemeriksaan kultur darah dilakukan untuk melihat adanya pertumbuhan bakteri didalam sampel darah. Setelah ditemukan pertumbuhan bakteri, dilakukan uji identifikasi untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksi.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, bakteremia banyak disebabkan oleh bakteri gram positif. Beberapa jenis bakteri gram positif yang mendominasi terjadinya infeksi didalam darah, yaitu Staphylococcus hominis ssp hominis, Staphylococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Sedangkan pada bakteri gram negatif, bakteremia banyak disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae ssp pneumonia.

Faktor Risiko Bakteremia

Terdapat beberapa faktor risiko bakteremia yang mengcangkup jenis kelamin dan usia. Infeksi bakteri didalam darah banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh hormonal seperti hormon esterogen. Hormon esterogen yang dimiliki oleh perempuan dapat mempengaruhi ekskresi faktor virulensi. Bakteri pathogen dapat meningkatkan kemampuan untuk menghindari pertahanan inang akibat dari terganggunya faktor virulensi.

Selain itu, bakteremia juga banyak menginfeksi balita. Hal tersebut dapat terjadi akibat menurunnya sistem imun. Penurunan sistem imun balita dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti status gizi anak yang terganggu. Proses pembentukan sistem imunitas dimulai sejak bayi lahir hingga berusia 1 tahun. Sehingga sistem imun yang belum terbentuk secara sempurna dan penurunan yang terjadi dapat memberikan kesempatan terhadap bakteri pathogen menginfeksi. Selain itu, infeksi bakteri yang terjadi dapat menghambat reaksi imunologis normal balita.

Penanganan bakteremia

Tindakan yang dilakukan untuk menangani pasien bakteremia adalah dengan melakukan terapi antibiotik. Terapi antibiotik dilakukan untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri yang menginfeksi aliran darah. Terapi dilakukan dengan cara memberikan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menghambat dan mengeliminasi pertumbuhan bakteri. Zat kimia yang diberikan mempunyai efek toksisitas yang rendah terhadap manusia sehingga aman untuk digunakan. Akan tetapi, pemberian terapi antibiotik harus berdasarkan dengan resep dan pengawasan dokter. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah adanya resistensi antibiotik, dimana bakteri dapat bertahan dengan antibiotik yang diberikan.

Ketahanan bakteri terhadap antibiotik dapat mempengaruhi proses pengobatan. Apabila bakteri telah resisten terhadap suatu antibiotik, maka bakteri tersebutt tidak akan dapat dihambat atau di bunuh dengan antibiotik yang sama. Dalam proses terapi harus dilakukan pemberian antibiotik baru dengan dosis yang disesuaikan.

Dari beberapa penelitian bakteremia, banyak bakteri gram positif yang resisten terhadap antibiotik golongan β-lactam seperti oxacillin, aztreonam, dan ceftriaxone dan golongan malkrolida seperti erythromycin. Sedangkan bakteri gram negatif banyak resisten terhadap antibiotik golongan β-lactam seperti (oxacillin, ampicillin, dan aztreonam), golongan aminoglikosida (vancomycin), dan golongan makrolida (erythromycin).

Banyaknya resistensi antibiotik yang terjadi dibedakan menjadi dua, yaitu resistensi primer dan resistensi sekunder. Resistensi primer merupakan resistensi yang didapatkan ketika pasien menjalani pengobatan. Sedangkan resistensi sekunder merupakan resistensi yang didapatkan dari penularan, dimana pasien terinfeksi bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik tertentu.

***

Penulis             : Jessica Tri Handayani

Pembimbing    : Dwi Wahyu Indriati

Program Studi : D-III Teknologi Laboratorium Medis

Editor               : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!