VOKASI UNAIR

Akupuntur Menjadi Alternatif Penurunan Gula Darah Puasa dan Peningkatan DQOL Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Akupuntur menjadi alternatif/dokumen istimewa

VOKASI NEWS – Akupuntur menjadi alternatif penurunan gula darah puasa.

Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit tidak menular yang dikarenakan adanya gangguan metabolik dengan ditandai meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh (Ikhwan dkk., 2018). Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menempati peringkat ketiga di Asia Tenggara dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 11,3% (Kemenkes RI, 2020). Terdapat tiga klasifikasi diabetes mellitus diantaranya Tipe 1, Tipe 2, dan gestasional. Diabetes Mellitus Tipe 1 disebabkan oleh kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak terdapat produksi insulin (Atikah, 2022). Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan oleh kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas (Kemenkes RI, 2020). Sementara itu, diabetes gestasional ditandai dengan kenaikan gula darah selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2020).

Menurut keilmuan Traditional Chinese Medicine, diabetes mellitus atau Xiao Ke disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin. Gejala dan tanda utamanya adalah poliuria, mudah haus, mudah lapar, dan penurunan berat badan drastis, serta urin dan darah yang mengandung glukosa (Maciocia, 2008).

[BACA JUGA: Implementasi Program Watch and Write Pada Kegiatan Kebun Literasi]

Penelitian Terkait Akupunktur Sebagai Alternatif Pengobatan Diabetes

Mahasiswa D4 Pengobatan Tradisional meneliti efektivitas akupunktur untuk pengobatan diabetes melitus Tipe 2 pada Juni-Agustus 2023. Efektivitas yang diuji meliputi penurunan Gula Darah Puasa (GDP) dan peningkatan Diabetes Quality of Life (DQOL). Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Medokan Ayu untuk uji laboratorium pemeriksaan fisik dan anamnesa. Serta rumah subjek penelitian untuk terapi. Penelitian ini menggunakan 10 penderita DM Tipe 2 perempuan berusia 45-64 untuk kelompok perlakuan dan 9 subjek untuk kelompok kontrol. Subjek kelompok perlakuan diberikan terapi akupunktur & obat anti diabetes. Sedangkan subjek kelompok kontrol diberikan obat anti diabetes sesuai anjuran dokter. Pada kelompok kontrol terdapat kondisi dropout dikarenakan responden mengundurkan diri pada minggu kedua penelitian akibat opname di RSUA.

Akupunktur kelompok perlakuan dilakukan pada titik Hegu (LI-4), Sanyinjiao (SP-6), Zusanli (ST-36), Taichong (LR-3), Taixi (KI-3), Shenmen (HT-7), Zhongwan (CV-12). Terapi dilakukan selama 1 bulan dengan frekuensi 3 kali seminggu dalam 30 menit (Rosyita & Amalia, 2022). Sementara itu, pada kelompok kontrol obat anti diabetik diberikan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Tujuannya agar tetap dalam kondisi normal atau terkontrol. Pada penelitian ini, variabel yang dikontrol adalah jenis kelamin, usia, dan IMT sehingga variabel tersebut cenderung homogen pada kedua kelompok. Penelitian ini menggunakan uji beda untuk mengetahui efektivitas akupunktur dibandingkan obat anti diabetes.

Hasil Penelitian: Efektivitas Akupunktur

Berdasarkan hasil penelitian, terapi akupunktur memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan GDP. Terapi akupunktur menyebabkan penurunan GDP sebesar 25,2 poin. Sementara itu, obat antidiabetes tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan GDP yang hanya sebesar 9,7 poin. Artinya, terapi akupunktur lebih efektif dalam menurunkan GDP dibandingkan obat anti diabetes saja.

Di sisi lain, terapi akupunktur berpengaruh signifikan terhadap peningkatan DQOL yaitu sebesar 10,5 poin. Sementara itu, obat antidiabetes juga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan DQOL, tetapi hanya sebesar 3,89 poin. Pada domain kepuasan, terapi akupunktur mendapatkan rerata selisih skor kepuasan posttest-pretest sebesar 5,9 lebih besar dari obat antidiabetes sebesar 2,89. Pada domain dampak yang dirasakan, terapi akupunktur memiliki rerata skor dampak sebesar 4,4 lebih besar dari obat antidiabetes sebesar 1,00. Maka, terapi akupunktur lebih efektif dalam meningkatkan DQOL dibandingkan obat anti diabetes saja. Kesimpulan, akupuntur menjadi alternatif penurunan gula darah puasa dan peningkatan DQOL penderita diabetes melitus tipe 2

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!