VOKASI UNAIR

Mengenal Patogen yang Sering Dijumpai pada Penderita Sepsis

VOKASI NEWS – Sepsis merupakan keadaan dimana terdapat gangguan fungsi organ yang mengancam nyawa akibat disregulasi respon sistemik tubuh terhadap infeksi. Sepsis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang melibatkan aktivasi awal dari respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh. Beberapa patogen yang umumnya dikaitkan dengan sepsis antara lain:

  • Bakteri 

Bakteri berperan sebagai penyebab terbesar terjadinya sepsis, dimana 60-70% kasus disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif jarang ditemukan pada penyebab terjadinya sepsis, angka kejadian antara 20-40% dari seluruh angka kejadian sepsis.

  • Virus

Meskipun kasus sepsis yang disebabkan oleh virus lebih jarang terjadi daripada bakteri, beberapa virus dapat menyebabkan sepsis pada individu yang rentan. Contohnya seperti virus influenza, virus herpes simplex, dan virus lainnya yang dapat menyebabkan infeksi sistemik serius.

  • Jamur

Infeksi jamur juga dapat menyebabkan sepsis, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah seperti pasien yang sedang menjalani kemoterapi atau transplantasi organ. Contoh jamur yang dapat menyebabkan sepsis antara lain Candida spp. dan Aspergillus.

  • Protozoa

Meskipun jarang terjadi, beberapa parasit protozoa seperti Plasmodium (penyebab malaria), juga dapat menjadi penyebab sepsis pada individu yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi penularan malaria.

Bakteri sebagai Patogen Penyebab Penyakit

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bakteri menjadi patogen yang sering dijumpai pada penderita, terutama bakteri Gram negatif. Persentase bakteri Gram negatif dalam angka kejadian sepsis yaitu sebesar 60-70% kasus. Bakteri Gram negatif menjadi patogen utama dalam terjadinya sepsis karena membran terluarnya tersusun oleh lipopolisakarida (LPS) atau endotoksin glikoprotein. LPS menjadi penyusun utama dari membran terluar bakteri Gram negatif, yang dimana dapat menstimulasi pengeluaran mediator proinflamasi dan menyebabkan inflamasi sistemik ataupun jaringan.

Sistem imun selular dan humoral dapat langsung aktif oleh adanya LPS, sehingga dapat menimbulkan perkembangan gejala septikemia. LPS menstimulasi makrofag untuk mengeluarkan polipeptida yang disebut tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin 1 (IL-1), IL-6, dan IL-8. Mediator inflamasi tersebut merupakan mediator yang sering meningkat pada penderita immunocompromise yang mengalami sepsis. Selain itu, dinding bakteri juga tersusun oleh peptidoglikan yang berpengaruh terhadap stimulasi pelepasan sitokin dan berperan dalam proses agregasi trombosit.

Spesies Bakteri yang Mayoritas Ditemui pada Penderita

Pada hasil penelitian yang berjudul “Profil Bakteri dan Sensitivitas Antibiotik pada Pasien Sepsis di Rumah Sakit Universitas Airlangga”, bakteri Gram negatif menginfeksi pasien sepsis dengan persentase 77,6% (111/143), sedangkan bakteri Gram positif sebanyak 22,4% (32/143). Bakteri Gram negatif yang mayoritas ditemui yaitu Acinetobacter baumannii sebanyak 23% (33/143) dan bakteri Gram positif yang sering ditemui yaitu Staphylococcus aureus sebanyak 6,3% (9/143).

  • Acinetobacter baumannii 

Acinetobacter diidentifikasi sebagai Gram negatif dengan katalase positif, oksidase negatif, dan non-motil. Acinetobacter baumannii adalah bakteri Gram negatif berbentuk basil yang aerobik, pleomorfik dan non-motil. Acinetobacter baumannii memiliki insidensi yang tinggi pada individu dengan gangguan imun. Acinetobacter banyak ditemukan di lingkungan, mengingat bahwa bakteri tersebut dapat bertahan dari hampir semua sampel tanah dan air di permukaan.

  • Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat, berukuran 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok seperti buah anggur, bersifat fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan non-motil. Terdapat beberapa bakteri yang resisten terhadap antibiotik, salah satunya yaitu Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus adalah bakteri yang resisten terhadap antibiotik methicillin dan antibiotik golongan β-laktam. Resistensi terjadi akibat ekspresi jenis penicillin binding protein (PBP2a) yang memiliki afinitas rendah terhadap antibiotik golongan β-laktam. Uji screening MRSA dilakukan melalui uji sensitivitas dengan media MHA (Muller Hinton Agar) menggunakan antibiotik Cefoxitin 30 µg untuk mengetahui kemampuan antibiotik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Cefoxitin digunakan untuk uji skrining karena semua strain MRSA resisten terhadap Cefoxitin.

Penulis : Nanda Adelia Saputri

Dosen Pembimbing : Manik Retno Wahyunitisari

Editor: Muhammad Duiqi Alfiansyah – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!