VOKASI UNAIR

Musim Pancaroba Menyebabkan Melonjaknya Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya

ATTACHMENT DETAILS MUSIM-PANCAROBA-MENYEBABKAN-MELONJAKNYA-KASUS-DBD-tiara-putri.

VOKASI NEWS – Musim pancaroba menjadi penyebab utama dalam melonjaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia khususnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan (RSPAL) Surabaya.

Musim pancaroba adalah peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan ataupun sebaliknya. Pergantian musim dapat menyebabkan beberapa mikroorganisme seperti virus dapat berkembangbiak dengan cepat. Selain itu pada musim pancaroba tubuh juga memiliki resiko untuk terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini disebabkan karena pada musim pancaroba cuaca cenderung lebih sejuk dan kurang lembab yang mengakibatkan mukosa atau lapisan jaringan yang melapisi rongga saluran pencernaan dan pernapasan menjadi kering, sehingga virus memiliki akses yang lebih mudah untuk masuk ke dalam tubuh.

Perubahan iklim merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran DBD. Musim pancaroba akan mempengaruhi media penularan penyakit karena vektor atau nyamuk Aedes Aegypti akan berkembang secara optimal ketika kondisi seperti suhu udara, curah hujan dan kelembaban cukup untuk mendukung kehidupan mereka. Perubahan iklim dapat menghasilkan peningkatan suhu udara, curah hujan dan kelembaban di wilayah tertentu (Rompis et.al, 2019).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan masa pancaroba diperkirakan terjadi pada bulan Maret – April 2024. Pada bulan ini pula bertepatan dengan mahasiswa D-III Teknologi Laboratorium Medis melakukan kegiatan magang di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor dari penyakit DBD serta disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor yang perkembangannya sangat cepat dan menyebabkan 390 juta jiwa terinfeksi setiap tahunnya. Penularan penyakit DBD tidak hanya pada anak-anak melainkan pada orang dewasa juga bisa menderita DBD. Penyakit DBD seringkali terjadi di daerah tropis dan subtropis. Jutaan kasus infeksi demam berdarah terjadi setiap tahuannya, penyakit DBD banyak terjadi di Asia Tenggara (Oroh dkk, 2020).

Masa inkubasi DBD dimulai dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti hingga timbul gejala berlangsung selama 2 minggu. Darah penderita sudah mengandung virus sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus tersebut berada didalam darah penderita sekitar 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh penderita tidak dapat melawan virus dengue maka akan terkena penyakit DBD (Frida, 2020).

Penderita yang sudah terinfeksi akan mengalami gejala demam ringan hingga tinggi mencapai 39°C. Gejala tersebut biasanya disertai dengan sakit kepala, menggigil, badan menjadi lemas, mual, muntah, nyeri persendian dan otot, nyeri pada mata, pendarahan yang terjadi pada gusi atau hidung, kesulitan menelan makanan dan minuman, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan mungkin akan berakibat pada pendarahan yang spontan. Demam yang dialami penderita akan berlangsung selama 2-7 hari kemudian demam tersebut turun dengan cepat. DBD memiliki fase kritis dimana penderita merasa suhu tubuhnya sudah turun hingga tubuh terasa dingin, namun pada fase tersebut harus diwaspadai karena dapat terjadi sindrom syok dengue sehingga bisa mengancam jiwa.(Kementrian Kesehatan, 2024).

Pemeriksaan yang Digunakan

Pemeriksaan demam berdarah dengue di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSPAL) Dr. Ramelan Surabaya menggunakan metode Immunochromatography Test (ICT). Metode pemeriksaan ini digunakan sebagai gold standar dalam pemeriksaan demam berdarah dengue. Keunggulan metode immunochromatographic yaitu kesederhanaan pemeriksaannya dan hanya memerlukan waktu yang singkat (Widhyasih dkk, 2023).

Penerapan metode pemeriksaan Immunochromatography Test ICT untuk pasien demam berdarah dengue di RSPAL Dr. Ramelan sudah lama dilakukan dan banyak permintaan pasien rawat inap maupun umum yang melakukan pemeriksaan ini. Mahasiswa magang program studi D-III Teknologi Laboratorium Medis juga turut andil dalam mengimplementasikan profesinya untuk ikut melakukan analisa pemeriksaan ini.

Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan metode ini menggunakan sampel serum pasien yang diteteskan pada strip. Kemudian dicampur dengan buffer dan didiamkan selama 15 menit pada media datar. Hasil diperoleh dan dapat dikatakan positif atau negatif dengan dilihat pada parameter strip yaitu pada bagian IgG dan IgM. Hasil dinyatakan positif yaitu pada parameter terdapat garis pada IgG dan IgM yang menandakan positif lampau pada bagian IgG dan positif aktif pada bagian IgM.

Pemeriksaan ini merupakan salah satu pemeriksaan yang terdapat  Laboratorium Patologi Klinik. Selain turut andil melakukan analisis pemeriksaan di Laboratorium Patologi Klinik, mahasiswa D-III Teknologi Laboratorium Medis juga melakukan kegiatan magang di Laboratorium Patologi Anatomi yang didalamnya melakukan analisa sitoteknologi dan histopatologi.

Magang yang dilakukan mahasiswa D-III Teknologi Laboratorium medik ini berlangsung selama 1,5 bulan. Dengan pembagian menjadi beberapa stase di laboratorium gunanya untuk mengasah lebih dalam soft skill maupun hard skill mahasiswa sesuai dengan bidangnya dan sarana penunjang rumah sakit yang tersedia.

BACA JUGA : Pengalaman Mahasiswa D-III Teknologi Laboratorium Medis UNAIR Melakukan Pelatihan Kerja di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

***

Penulis : Tiara Putri Nur Aini, Yusuf Maulana Qomari dan Deva Nur Febriana

Editor : Maulidatus Solihah

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!