VOKASI UNAIR

The Role of Husbands Via The Endorfin Massage On The Occurance of Postpartum Blues in Primiparous Postpartum Mothers

VOKASI NEWS – Penulis : Emuliana Sulpat

Pada masa setelah persalinan, seorang wanita harus dapat menyesuaikan dengan baik adanya perubahan aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan baik fisik maupun psikis. Tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis dengan berbagai sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut postpartum blues. Postpartum blues telah dikenal sejak lama yang merupakan ganguan mental yang ringan karena akibat tidak berhasilnya wanita menyesuaikan diri dari aktivitas dan perannya setelah melahirkan dan tidak berhasilnya mengatasi konflik yang ada, diawali dengan gejala gangguan psikologis

Postpartum blues merupakan suatu keadaan disforia ringan pascasalin yang disebut sebagai milk fewer karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Postpartum blues sering juga disebut maternity blues atau baby blues diartikan sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang dapat terjadi sejak hari pertama setelah persalinan pada fase  taking-in cenderung memburuk hari ke 3 sampai hari ke 5 dan berlangsung dalam rentang waktu dua minggu pascasalin. ditandai dengan gejala seperti: sedih atau disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, perasaan labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, susah konsentrasi, mudah marah, sakit kepala, kebingungan, mudah lupa, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

Data epidemiologis menunjukkan bahwa 10-20% wanita mengalami gangguan mood selama kehamilan dan postpartum. Di Indonesia angka kejadian hampir 50-70% dari wanita postpartum, ibu baru akan mengalami postpartum blues. Kebanyakan akan pulih dalam waktu kurang dari dua minggu, tetapi 13% akan mengalami depresi post partum. Pieter dan Lubis menyatakan, bahwa 50-70% dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami sindrom ini.  Studi pendahuluan melalui wawancara dan kuisioner di kecamatan Sugio dari 12 ibu nifas, didapatkan 7 ibu (58%) mengalami postpartum blues terjadi pada ibu yang melahirkan anak pertama. Penyebab pasti terjadinya postpartum blues belum diketahui, banyak faktor diduga menyebabkan terjanya postpartum blues, anata lain : faktor hormon, penurunan kadar estrogen, progesterone, prolaktin dan estradiol. Faktor lain penyebab postpartum blues diantaranya dukungan sosial, paritas, tingkat pendidikan dan perencanaan kehamilan pascasalin sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. Faktor demografi; umur, paritas. pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, kurang dukungan keluarga/suami latar belakang psikososial ibu, kekecewaaan emosional.

Peran suami merupakan faktor terbesar memicu terjadinya postpartum blues. Hal ini dikarenakan…

Selengkapnya kunjungi : http://news.unair.ac.id/2020/07/24/peran-suami-melalui-pijat-endorfin-pasca-persalinan-istri/

Artikel : https://www.psychosocial.com/article/PR270889/19245/
Penulis : Emuliana Sulpat

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!