VOKASI UNAIR

Korelasi Antara Glukosa Darah Puasa dengan HBA1C Pada Pasien Diabetes Melitus

Ilustrasi diabetes/gambar kiriman dari penulis

VOKASI NEWS – Korelasi glukosa darah puasa dengan HBA1C pada pasien diabetes melitus telah diteliti dalam penelitian ini.

Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) atau yang lebih sering dikenal sebagai penyakit kencingmanis merupakan penyakit menahun yang dapat diderita seumur hidup. Penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah atau hiperglikemia. Ada 4 macam tipe diabetes melitus yaitu : diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus tipe lain.

[BACA JUGA: FOREBOUT KIM: Find Out More About KIM UNAIR, Persiapkan Mahasiswa Menuju KIM UNAIR 2024]

Faktor Resiko

Adapun faktor resiko pada penyakit Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 yakni :

  • Faktor resiko yang dapat diubah

Tidak semua faktor resiko tidak dapat diubah, rupanya ada faktor resiko yang bisa diubah, diantarnaya ialah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, Indeks masa tubuh, lingkar pinggang, dislipidemia dan hipertensi.

  • Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu factor genetic dan jenis kelamin (diabetes melitus banyak diderita oleh perempuan daripada laki-laki).

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit DM yakni pemeriksaan kadar glukosa darah dan HbA1c. pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria (PERKENI, 2021). Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut (PERKENI, 2021) yakni :

a) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.

b) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

c) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik atau krisis hiperglikemia.

d) Pmeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP) dan Diabetes Control and Complications Trial assay (DCCT).

Hubungan Kadar GDP dengan HBA1C

Pemeriksaan glukosa darah puasa menunjukkan gambaran nilai glukosa darah pada saat pasien diperiksa tetapi tidak menggambarkan pengendalian diabetes jangka panjang (± 3 bulan). Adapun pemeriksaan glukosa darah diperlukan dalam pengelolaan diabetes, untuk mengatasi permasalahan akibat perubahan kadar glukosa secara mendadak. Pemeriksaan HbA1c tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan glukosa darah karena pemeriksaan ini digunakan sebagai penunjang untuk memperoleh informasi mengenai pengendalian diabetes pada pasien.

Demikian hasil penelitian tentang korelasi glukosa darah puasa dengan HBA1C pada pasien diabetes melitus.

***

NAMA                                   : CITRA YUNIAR NUR’AINI

DOSEN PEMBIMBING        : BELGIS

PROGRAM STUDI               : D3 TEKNOLOGI LABORATORUM MEDIS

EDITOR                                : OKY SAPTO MUGI SAPUTRO – TIM BRANDING FAKULTAS VOKASI

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!