VOKASI NEWS – Inovasi Microneedle Patch berbasis kitosan dengan ekstrak Lempuyang (Zingiber Zerumbet) dan rimpang Bangle sebagai alternatif terapi Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif kronis yang terjadi pada jaringan sendi dan telah dianggap sebagai alasan paling dominan untuk kecacatan sendi pada orang lanjut usia. OA dapat menyebabkan 80% lansia kesulitan untuk berjalan, membungkuk, ataupun berdiri. Riskesdas tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi penyakit osteoarthritis di Indonesia mencapai 24,7%. Dipercayai bahwa pemberian obat anti-inflamasi intra-artikular adalah metode yang efektif untuk pengobatan OA.
Namun, obat- obatan yang tersedia saat ini untuk OA, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan glukokortikoid, dianggap membawa efek samping yang tidak diinginkan pada sistem peredaran darah dan pencernaan. Selain itu juga memiliki waktu tinggal yang singkat di dalam tubuh ketika disuntikkan ke tulang dan persendian. Masalah tersebut masih menjadi fokus dalam salah satu poin SDGs poin ketiga yakni kehidupan sehat dan sejahtera.
Herbal Lempuyang dan Bangle
Tanaman herbal Zingiber zerumbet L., dikenal juga dengan nama lokal “Lempuyang gajah”. Sedangkan Zingiber cassumunar Roxb. memiliki nama lokal “Bangle,” keduanya sering digunakan sebagai bahan dalam phytomedicines atau obat herbal yang dipasarkan termasuk param. Param kocok menjadi salah satu obat empiris atau turun temurun yang dapat digunakan untuk pengobatan nyeri sendi yang penggunaannya secara luar atau topical. Meski menawarkan begitu banyak keuntungan, seperti melewati first pass metabolism, sediaan topikal termasuk Patch juga memiliki kelemahan.
Kelemahan utama sediaan patch ini adalah permeasi melewati lapisan kulit bagian terluar (stratum korneum) yang merupakan barrier primer pada transport perkutan. Microneedle merupakan sistem pengantaran obat dengan jarum yang berukuran micrometer. Inovasi ini dapat digunakan sebagai teknologi penghantaran obat yang lebih kuat dan biasanya diaplikasikan secara transdermal sebagai disruptor fisik barrier absorbsi perkutan. Jarum dari sediaan microneedle hanya menembus sampai epidermis sehingga tidak menimbulkan rasa sakit.
Dissolving Microneedles
Salah satu jenis microneedles adalah Dissolving Microneedles (DMN) yang dapat terlarut seluruhnya ketika masuk ke dalam kulit. Secara umum, microneedles berbahan dasar polimer larut air sulit untuk disisipkan secara sempurna ke dalam kulit. Hal tersebut karena bentuk jarumnya yang lebar dan kekuatan mekanik yang rendah. Microneedles berbahan dasar logam memiliki kemampuan penyisipan dan efisiensi penghantaran yang lebih baik.
Namun, microneedles dari logam akan menjadi limbah tajam biohazardous setelah digunakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan microneedle berbahan dasar polimer kitosan. Kitosan dipilih sebagai bahan dasar microneedle karena sifatnya yang tidak sitotoksik dan biodegradable.
Kandungan Microneedles
Berdasarkan uji FTIR Microneedle Parem Patch menunjukkan hasil sampel mengandung gugus fungsi dari senyawa sesquiterpene gugus C-O stretching, C-O alkohol dan CH alifatik, ikatan -OH, N-H (gugus amina), gugus hidroksil sekunder, dan gugus hidroksil primer. Hasil uji disolusi dan Swelling Characterization Microneedle Parem Patch dapat terlarut dalam tubuh rata-rata 4 jam. Berdasarkan uji in-vivo, Microneedle Parem Patch memiliki efek analgesik tertinggi pada F2 (63%) dan rata-rata writhing response terendah (4,33). Kemudian, Microneedle Parem Patch juga memiliki efek anti-inflamasi dengan hasil dosis optimum untuk anti-inflamasi osteoarthritis pada F2 (30 mg lempuyang dan 40 mg bangle) dengan persentase potensi anti-inflamasi mencapai 69,3%.
BACA JUGA: Studi Komparasi Kualitas Citra Sequence 2d T2 Coronal dan 3d Cube T2 Flair Coronal
***
Penulis: Jihan Aura
Pembimbing: Edith Frederika Puruhito
Editor: Puspa Anggun Pertiwi